Selasa, 06 April 2010

Dampak Sosial Dari Lokalisasi Pada Suatu Daerah

prostitusi merupakan profesi tertua di dunia. Semenjak ada kehidupan manusia, telah ada prostitusi, dan akan terus ada selama masih ada kehidupan manusia. Hal ini didasarkan anggapan bahwa secara naluriah, manusia baik sebagai mahluk individu maupun sebagai mahluk sosial, melalui berbagai cara dan usaha dalam bentuk budaya, mempunyai kehendak yang antara lain: (1) mempertahankan dirinya dari gangguan dan tantangan yang ada; (2) mempertahankan hidup dan mengembangkan kehidupannya; (3) mempertahankan hidup generasinya melalui perkawinan; (4) mengadakan hubungan seksual antara kedua jenis kelamin untuk memenuhi kebutuhan biologis; dan lain-lain
Dari pendapat beberapa ahli melalui hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa di dalam praktek prostitusi terdapat unsur-unsur atau ciri-ciri sebagai berikut:
1. Para pelaku atau subyek prostitusi adalah orang laki-laki dan orang perempuan di luar hubungan pernikahan.
2. Peristiwa yang dilakukan adalah hubungan seksual atau hubungan persetubuhan, yang dilakukan atas kesepakatan bersama antara kedua pihak, atau bukan karena paksaan.
3. Tujuannya adalah pemenuhan kebutuhan biologis (bagi laki-laki), dan kebutuhan uang (bagi perempuan).
Dari aspek ekonomi, yang bekerjanya atas dasar hubungan supply and demand, jelas bahwa di dalam praktek prostitusi terlihat sebagaimana tersebut dalam butir (3) di atas. Tekanan ekonomi sebagai akibat ditinggal suami merupakan alasan klasik untuk timbulnya prostitusi, yang akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan keadaan (kuantitas dan kualitas kehidupan) manusia khususnya di daerah-daerah perkotaan.

Seperti yang terjadi pada lingkungan lokalisasi pelacuran gang dolly yang terletak di daerah jarak surabaya, dan pasar kembang atau yang lebih di kenal dengan sebutan SARKEM di Yogyakarta.

Ditinjau dari sudut manapun Prostitusi tetap merupakan suatu kegiatan yang berdampak tidak baik (negatif). Dampak negatif tersebut antara lain: (a) secara sosiologis prostitusi merupakan perbuatan amoral yang bertentangan dengan norma dan etika yang ada di dalam masyarakat; (b) dari aspek pendidikan, prostitusi merupakan kegiatan yang demoralisasi; (c) dari aspek kewanitaan, prostitusi merupakan kegiatan yang merendahkan martabat wanita; (d) dari aspek ekonomi, prostitusi dalam prakteknya sering terjadi pemerasanm tenaga kerja; (e) dari aspek kesehatan, praktek prostitusi merupakan media yang sangat efektif untuk menularnya penyakit kelamin dan kandungan yang sangat berbahaya; (f) dari aspek kamtibmas, praktek prostitusi dapat menimbulkan kegiatan-kegiatan kriminal; dan (g) dari aspek penataan kota, prostitusi dapat menurunkan kualitas dan estetika lingkungan perkotaan.
Namun tanpa memperhatikan dampak negatif yang ditimbulkan, serta haram dan halalnya uang yang mereka peroleh, suatu kenyataan bahwa dari praktek prostitusi mereka dapat menghidupi dirinya dan keluarganya, dan bahkan dapat menyekolahkan anak atau dirinya, serta membangun rumahnya.
Sudah banyak upaya menghapuskan praktek prostitusi dari lingkungan pergaulan masyarakat. Namun kenyataannya prostitusi masih tetap ada. Beberapa usaha dan tindakan pemerintah dalam menangani permasalahan dan dampak negatif prostitusi adalah:
1. secara represif, yang antara lain: (a) merealisasi ketentuan hukum pidana terhadap pelanggarnya, (b) tidakan pengawasan, pengaturan dan pencegahan penyakit yang ditimbulkan karena praktek prostitusi;
2. secara preventif, yang antara lain: (a) penyelenggaraan pendidikan seks di sekolah, (b) penyuluhan bahaya penyakit yang diakibatkan oleh praktek prostitusi, (c) pertolongan psikhologis-psikhiatris terhadap para gadis yang menunjukkan gejala kedewasaan kehidupan seksual dan bantuan perawatan anak-anak di sekolah.


Banyak sekali Permasalahan yang timbul di lingkungan lokalisasi salah satunya adalah adanya pengaruh terhadap perkembangan psikologis anak. Mereka juga dihadapkan pada stigma masyarakat tentang lokalisasi itu sendiri. Terutama bagi anak-anak yang memasuki umur 7-12 tahun. Karena pada umur-umur tersebut tingkat kemampuan anak dalam meniru sangatlah tinggi. Begitu juga dengan tingkat keterpengaruhan terhadap lingkungan di sekitarnya. Mereka akan terpengaruh dengan apa yang mereka lihat.

Seperti yang terjadi pada lingkungan lokalisasi pelacuran Dolly atau Gang Dolly yang terletak di daerah Jarak, Pasar Kembang, Surabaya. Lokalisasi ini adalah lokalisasi yang terbesar di Asia Tenggara, lebih besar dari Phat Phong di Bangkok, Thailand dan Geylang di Singapura.

Tidak jarang banyak kejadian yang seharusnya tidak dilakukan oleh anak-anak pada umur sekolah dasar (SD). Mereka telah banyak terpengaruh oleh lingkungan di sekitarnya. Seperti yang dilakukan Bintang (bukan nama sebenarnya), seluruh percakapan dan tindakan bocah berumur delapan tahun itu selalu diwarnai kata-kata kotor dan berbau seks. Contohnya, saat menggambar jerapah. Secara tidak sadar, Bintang menggambar demikian detail. Termasuk menggambar (maaf) kelamin jerapah. Yang lebih mengejutkan, gambar kelamin jerapah itu tidak seperti ukuran dan bentuk kelamin binatang. Tetapi, berbentuk kelamin pria. Ketika ditanya alasan gambar yang dibuat, Bintang hanya tersenyum. “Lha yang ada di bayangan saat itu ya itu,” (jawapos, 8/4/2008).

Dari contoh di atas terlihat bahwa telah terjadi penyimpangan perkembangan psikologis anak. Yang seharusnya anak-anak seusia Bintang belum memikirkan hal-hal yang seperti itu. Selain itu juga dengan moral anak-anak yang dengan mudahnya mengeluarkan kata-kata kotor yang tidak sepatutnya untuk diucapkan. Apakah ini merupakan kesalahan dari si anak yang telah melakukan hal seperti itu?. Belum tentu ini murni kesalahan si anak, ada orang tua yang seharusnya memegang peranan dalam mengasuh anak.

Motivasi belajar menjadi permasalah lain yang timbul karena pengaruh lingkungan lokalisasi. Banyak siswa yang mengantuk di kelas. Karena kehidupan di lingkungan lokalisasi yang memang tidak pernah sepi. Bahkan, ketika malam hari, saat anak-anak harus belajar atau tidur, ‘kehidupan’ lokalisasi justru semakin ramai (Jawa Pos, 4/4/2008). Ini merupakan masalah besar jika hal ini terus berlanjut. Para siswa tidak mendapatkan ilmu yang diajarkan oleh guru jika setiap masuk kelas dalam keadaan mengantuk atau bahkan tertidur.

Siswa yang sekolah di lingkungan lokalisasi memang membutuhkan perhatian. Masih banyak siswa yang bermasalah. Ada beberapa siswa yang suka membolos dalam waktu yang lama. Kemudian masuk sekolah beberapa hari, lalu putus lagi. Biasanya hal ini terjadi pada anak-anak yang berasal dari hubungan gelap. Karena orang tua tidak bisa menjalankan tugas yang sesuai. Tidak adanya perhatian dari orang tua juga menjadi penyebab beberapa siswa yang suka membolos dalam waktu yang lama.

Seperti kita ketahui bersama bahwa pendidikan merupakan modal awal untuk meneruskan keberlangsungan hidup. Dan bagi suatu bangsa, pendidikan merupakan suatu investasi yang harus dilakukan untuk dapat meneruskan keberlangsungan negara. Jika tidak maka bangsa ini akan terancam kehilangan generasi-generasi tangguh yang kelak dapat memimpin bangsa ini.

Bisa di berikan kesimpulan beberapa Hal yang menganggu Psikolog Anak dari Lokalisasi yaitu :



1. Anak-anak yang berada di lingkungan lokalisasi mengalami gangguan perkembangan psikologis. Gangguan yang mereka alami antara lain adalah perasaan minder dan kurang percaya diri. Banyak dari mereka juga yang tidak bisa belajar dengan maksimal di kelas karena banyak dari mereka yang mengantuk saat jam pelajaran.
2. Anak-anak yang berada di lingkungan lokalisasi terpengaruh oleh hal-hal yang negatif. Misal, banyak yang berkata kotor, omongan dari anak-anak tersebut selalau berhubungan dengan seks;
3. Pendidikan bagi setiap individu merupakan modal awal untuk dapat meneruskan keberlangsungan hidupnya. Dan bagi suatu bangsa, pendidikan merupakan suatu investasi yang harus dilakukan untuk dapat meneruskan keberlangsungan negara. Jika permasalahan seperti yang disebutkan di atas terus berlanjut maka keberlangsungan negara akan terancam;
4. Solusi dari permasalahan yang terjadi adalah dengan memerger sekolah tersebut dan memberi fasilitas yang memadai untuk proses belajar mengajar. Secara bertahap diterapkan full day school. Agar anak tidak terlalu banyak berinteraksi dengan lingkungan yang kurang baik.