Sabtu, 21 Agustus 2010

LOTEK IBU’ NAPSINAH

TUGAS MATA KULIAH
ANALISIS PROSES BISNIS
“LOTEK IBU’ NAPSINAH”


Ibu napsinah (panggilan masa kecil) adalah ibu yang berumur 55 tahun pemilik usaha lotek di daerah belakang Amikom tepatnya di perempatan warnet Miva , ibu napsinah mendirikan usaha lotek sejak sepuluh tahun lalu sekitar tahun 1990. Ibu Napsinah memilih usaha jualan lotek dengan alasan karena terpaksa, karena kondisi ekonomi keluarganya yang minim sekali, dan keharusan untuk menyekolahkan anak-anaknya yang banyak.

Dalam cerita beliau, ibu napsinah untuk mendirikan usaha lotek sangat susah karena modal yang kecil dan pas-pasan dan takut tidak laku kalau nantinya tidak ada pelanggan. Perasaan ibu napsinah saat mendirikan usaha lotek senang dan takut, takut kalau tidak laris. Ibu napsinah memulai usahanya menggunakan modal pribadi, modal awal ibu napsinah memulai usahanya yaitu 50.000, untuk penjualan pertama ibu napsinah mencoba kacang untuk loteknya hanya setengah kilo.

Untuk penentuan lokasi ibu napsinah memilih berjualan di perempatan miva net karena lokasi tersebut dekat dengan rumahnya dan tempat berjualan itu adalah tanahnya yang tinggal separoh karena tanahnya sudah di jual untuk biaya rumah sakit anaknya, tapi ibu napsinah minta izin untuk mendirikan usahanya di tanah yang terbilang sempit itu. Selain dekat dari rumahnya ibu napsinah yakin kalau berjualan di perempatan itu akan ramai. Menurut ibu napsinah lokasi juga menentukan kesuksesan dari suatu usaha, dengan pemilihan tempat jualan di perempatan ibu napsinah merasakan hari ke hari alahamdulilah lotek beliau laris. Dari awal mulanya hanya mencoba kacang hanya setengah kilo yang omsetnya sehari hanya maksimal 100.000 sekarang ada perkembangannya yakni menjadi 5 kilo sehari dengan omset 250.000 sampai 500.000. ibu napsinah berjualan tiap hari kecuali ada halangan jikalau beliau pergi menjenguk sodaranya di luar jogjah. Dalam usaha ini ibu napsinah juga sering mengalami kesulitan kalau jualannya tidak terjual habis dan banyak saingan penjual penjual makanan yang lain, tapi beliau tidak pernah mengeluh, sabar dan selalu sabar dalam menjalani usaha beliau, ini yang membuat saya bangga dengan ibu napsinah, beliau perempuan yang sangat kuat dan sabar.

Ibu napsinah menjalani usaha ini hanya di Bantu oleh anak-anaknya dan suaminya, ibu napsinah tidak memperkerjakan orang lain, karena hasil penjualan sudahlah sangat pas-pasan untuk makan sehari-hari dan biaya sekolah anak-anaknya “begitulah tutur ibu napsinah”. Dalam usaha lotek ini Ibu napsinah tidak mengikuti pelatihan atau kursus dalam membuat lotek, pertamanya coba-coba saja dan ternyata enak mbak “tutur ibu napsinah dengan senyuman dan keriput di wajahnya yang tulus”.

Untuk kerjasama dengan orang lain ibu napsinah memesan kerupuk pada orang lain dalam jumlah yang banyak, ibu napsianah juga sering mendapat orderan yang banyak antara lain dari daerah jambusari memesan dalam jumlah yang banyak. Dalam promosi ibu napsinah tidak membuat spanduk atau iklan dan sebagainya. Kata beliau pembeli tau dan datang dengan sendirinya.

Selama berjualan selama sepuluh tahun pelanggan tetap ibu napsinah kebanyakan anak UII, AMIKOM, STIKES, termasuk saya sendiri. Ibu napsinah sejak pertama berjualan lotek sampai sekarang bahan bahan yang di pakai tidak ada yang yang di tambah ataupun di kurang, tidak ada inovasi pada produk yang di jual. Dalam memecahkan masalah atau konflik hanya berunding dan di bicarakan karena ibu napsinah tidak memiliki karyawan hanya keluarganya yang membantu beliau berjualan maka bias di bicarakan di rumah.

Demikianlah yang bias saya tuliskan dari hasil wawancara dengan penjual lotek “ibu Napsinah” dalam tugas Analisis Proses Bisnis ini saya mendapat pengalaman dan pengetahuan baru tentang pedagang kakilima apalagi harus mewawancarai langsung, saya mendapat pelajaran terutama pelajaran hidup, yaitu kerja keras dan semangat dari ibu napsinah juga kesabarannya. Tidak pernah mengeluh dan tetap memberikan yang terbaik untuk keluarganya demi anak-anaknya agar bisa sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar